SHAHIH BUKHARI nomor : 122
(٤٤) بَابُ مَا يُسْتَحَبُّ لِلْعَالِمِ إِذَا سُئِلَ: أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ فَيَكِلُ الْعِلْمَ إِلَى اللّٰهِ
۱۲۲ - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو قَالَ: أَخْبَرَنِيْ سَعِيْدُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ: قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: إِنَّ نَوْفًا الْبَكَالِيِّ يَزْعُمُ أَنْ مُوسَى لَيْسَ بِمُوسَى بَنِي إِسْرَائِيْلَ إِنَّمَا هُوَ مُوسَى آخَرُ فَقَالَ: كَذَبَ عَدُوٌّ اللّٰهِ حَدَّثَنَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَامَ مُوسَى النَّبِيُّ خَطِيْبًا فِيْ بَنِيْ إِسْرَائِيلَ فَسُئِلَ : أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ ؟ فَقَالَ : أَنَا أَعْلَمُ فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ فَأَوْحَى اللّٰهُ إِلَيْهِ أَنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِيْ بِمَجْمَعِ الْبَحْرَيْنِ هُوَ أَعْلَمُ مِنْكَ قَالَ : يَا رَبِّ وَكَيْفَ لِيْ بِهِ؟ فَقِيْلَ لَهُ: احْمِلْ حُوْتًا فِيْ مِكْتَلٍ فَإِذَا فَقَدْتَهُ فَهُوَ ثُمَّ فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقَ بِفَتَاهُ يُوْشَعَ بْن نُوْنٍ وَحَمَلَا حُوْتًا فِيْ مِكْتَلٍ حَتَّى كَانَا عِنْدَ الصَّخْرَةِ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا وَنَامَا فَانْسَلَّ الْحُوْتُ مِنَ الْمِكْتَلِ فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا وَكَانَ لِمُوْسَى وَفَتَاهُ عَجَبًا فَانْطَلَقَا بَقِيَّةً لَيْلَتِهِمَا وَيَوْمَهُمَا فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ مُوْسَى لِفَتَاهُ: آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا وَلَمْ يَجِدُ مُوسَى مَسَّا مِنَ النَّصَبِ حَتَّى جَاوَزَ الْمَكَانَ الَّذِي أُمِرَ بِهِ فَقَالَ لَهُ فَتَاهُ : أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيْتُ الْحُوْتَ قَالَ مُوسَى: ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِي فَارْتَدًا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا فَلَمَّا أَتَيَا إِلَى الصَّخْرَةِ إِذَا رَجُلٌ مُسَجَّى بِثَوْبٍ أَوْ قَالَ: تَسَجَّي بِثَوْبِهِ فَسَلَّمَ مُوْسَى فَقَالَ الْخَضِرُ: وَأَنِّيْ بِأَرْضِكَ السَّلَامُ؟ فَقَالَ: أَنَا مُوْسَى، فَقَالَ: مُوْسَى بَنِي إِسْرَائِيْلَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ : هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِيْ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا قَالَ: إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا يَا مُوسَى إِنِّيْ عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيْهِ لَا تَعْلَمُهُ أَنْتَ وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ عَلْمَكَهُ لَا أَعْلَمُهُ قَالَ: سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَاءَ اللهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا فَانْطَلَقَا يَمْشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ لَيْسَ لَهُمَا سَفِيْنَةٌ فَمَرَّتْ بِهِمَا سَفِينَةٌ فَكَلَّمُوْهُمْ أَنْ يَحْمِلُوْهُمَا فَعُرِفَ الْخَضِرُ فَحَمَلُوْهُمَا بِغَيْرِ نَوْلٍ فَجَاءَ عُصْفُوْرٌ فَوَقَعَ عَلَى حَرْفِ السَّفِيْنَةِ فَنَقَرَ نَقْرَةً أَوْ نَقْرَتَيْنِ فِي الْبَحْرِ فَقَالَ الْخَضِرُ : يَا مُوْسَى مَا نَقَصَ عِلْمِيْ وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللّٰهِ إِلَّا كَنَقْرَةِ هٰذَا الْعُصْفُوْرِ فِي الْبَحْرِ فَعَمَدَ الْخَضِرُ إِلَى لَوْحٍ مِنْ أَلْوَاحِ السَّفِيْنَةِ فَنَزَعَهُ فَقَالَ مُوسَى: قَوْمٌ حَمَلُوْنَا بَغَيْرِ نَوْلِ عَمَدْتَ إِلَى سَفِيْنَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا؟ قَالَ: أَلَمْ أَقُلْ: إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا قَالَ: لَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا نَسِيْتُ فَكَانَتْ الْأُولَى مِنْ مُوسَى نِسْيَانًا فَانْطَلَقَا فَإِذَا غُلَامٌ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَ الْحَضِرُ بِرَأْسِهِ مِنْ أَعْلَاهُ فَاقْتَلَعَ رَأْسَهُ بَيَدِهِ فَقَالَ مُوسَى: أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ؟ قَالَ: أَلَمْ أَقُلْ لَكَ: إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا؟ قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ: وَهٰذَا أَوْكَدُ (( فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَنَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيْدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ الْخَضِرُ بِيَدِهِ: فَأَقَامَهُ فَقَالَ مُوسَى : (( لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا؟ قَالَ : هُذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ )) قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: ((يَرْحَمُ اللّٰهُ مُوْسَى لَوَدِدْنَا لَوْ صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا)). رَاجِعْ: ٧٤]
(44) Bab Anjuran bagi Orang Alim ketika Ditanya, "Siapa yang Paling Tahu?" Hendaknya dia Mengembalikannya kepada Allah
122. Abdullah bin Muhammad menyampaikan kepada kami dari Sufyan, dari Amr, dari Sa'id bin Jubair yang mengabarkan kepadaku dia berkata, aku katakan kepada Ibnu Abbas, "Nauf al-Bakali menganggap Musa dalam kisah itu bukanlah Musa Bani Isra'il, tapi Musa yang lain." Ibnu Abbas lalu berkata, "Musuh Allah itu berdusta. Ubay bin Ka'b telah menyampaikan kepada kami dari Nabi bahwa Nabi Musa ﷺ berdiri di hadapan Bani Israil menyampaikan khutbah, lalu dia ditanya, 'Siapakah orang yang paling pandai?' Musa menjawab, 'Aku. Allah pun mencelanya karena dia tidak mengembalikan pengetahuan itu kepada-Nya. Lalu Allah mewahyukan kepadanya, 'Ada seorang hamba-Ku yang tinggal di pertemuan antara dua lautan lebih pandai darimu. Lalu Musa berkata, 'Ya Rabb, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?' Maka dikatakan padanya, 'Bawalah ikan dalam keranjang. Jika nanti engkau kehilangan ikan itu, di situlah tempatnya. Lalu berangkatlah Musa bersama muridnya yang bernama Yusya' bin Nun. Keduanya membawa ikan dalam keranjang hingga mereka berdua sampai di sebuah batu besar. Lalu keduanya meletakkan kepalanya di atas batu dan tidur. Kemudian keluarlah ikan itu dari keranjang lalu ikan
itu melompat mengambil jalannya ke laut. Kejadian ini mengherankan Musa dan muridnya. Kemudian, mereka berdua melanjutkan perjalanan itu pada sisa siang dan malamnya. Ketika pagi hari tiba, Musa berkata kepada muridnya, 'Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini. Musa tidak merasakan letih kecuali setelah melewati tempat yang sebenarnya dia tuju. Lalu pelayannya berkata kepada Musa, Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi? Aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu: Musa lalu berkata, Itulah (tempat) yang kita cari Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula. Ketika keduanya sampai di batu tersebut, mereka mendapati ada seorang laki-laki mengenakan pakaian yang lebar. Musa lantas memberi salam. Khidhir lalu berkata, Apakah di tempatmu ada salam? Musa menjawab, 'Aku adalah Musa: Khidhir kembali bertanya, 'Musa Bani Israil?!' Musa menjawab, 'Benar Musa kemudian berkata, 'Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk? Dia (Khidhir) menjawab, 'Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. Khidhir melanjutkan ucapannya, "Musa, aku memiliki ilmu yang diajarkan Allah kepadaku, yang tidak engkau ketahui. Engkau juga punya ilmu yang diajarkan Allah kepadamu, yang tidak aku ketahui. Musa berkata, Insya Allah engkau akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun. Mereka pun berjalan di tepi pantai karena mereka tidak memiliki perahu. Lalu melintaslah sebuah perahu. Mereka meminta para awak kapal itu agar mau membawa mereka. Karena Khidhir telah dikenal oleh mereka, mereka pun membawa keduanya tanpa bayaran. Kemudian seekor burung hinggap di sisi perahu sambil mematuk-matuk di air laut untuk minum dengan satu atau dua kali patukan. Khidhir lalu berkata, 'Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa, kecuali seperti patukan burung ini di lautan. Kemudian Khidhir mencopot satu papan perahu itu dan merusaknya. Musa pun berkata, 'Mereka telah membawa kita tanpa bayaran, tapi kenapa engkau merusaknya? Apakah engkau ingin menenggelamkan penumpangnya?" Khidhir menjawab, "Bukankah sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?' Musa menjawab, 'Janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku. Kejadian pertama ini karena Musa terlupa. Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan anak kecil yang sedang bermain dengan dua temannya. Khidhir lalu memegang kepala anak itu, mengangkat dan mematahkan lehernya. Musa pun bertanya, 'Mengapa Jengkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Khidhir menjawab, 'Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?' (Ibnu Uyainah berkata bahwa ini adalah sebuah penegasan). Maka keduanya berjalan hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh. Khidhir memberi isyarat dengan tangannya kemudian menegakkannya. Melihat itu, Musa berkata, Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu. Khidhir menjawab, Inilah perpisahan antara aku denganmu. Nabi ﷺ bersabda, "Semoga Allah merahmati Musa. Kita sangat berharap sekiranya Musa bisa sabar sehingga ada cerita lain yang bisa kita dengar tentang keduanya."[ HR. BUKHARI nomor : 122 ](Lihat kembali hadits no. 74).
تعليقات